".. makanan punya kisah .." (.. food has its tale .. cibus habet fabula ..)
.. baik itu mengenai falsafah, filosofis, sejarah maupun perilaku budaya yang menjadi simbol, ritual, adat, dan kearifan lokal masyarakat setempat serta pembentuk karakter, jati diri serta ciri identitas suatu bangsa ..



Monday 21 December 2015

Happy Dong Zi Festival - (Selamat Hari Raya Tang Ce) - 22 Des 2015


Hari Raya Dong Zi adalah sebuah Peringatan Ritual Budaya Tionghoa di Puncak Musim Dingin yg diwarnai dg adanya sajian onde-onde (wedang ronde).

Ritual budaya inilah yg kemudian dikaitkan dan berkembang menjadi Peringatan Hari Ibu / Hari Mama
(Mother's Day).

Kenapa sampai bisa jadi icon Hari Ibu..??

Karena bila kita tilik dari legenda tentang ritual budaya onde ini, di dalamnya menguak kisah tentang pengorbanan seorang ibu yg rela mencongkel kedua biji matanya demi menolong anak/putranya yang menjadi buta karena terkena racun tanaman hutan.

Berikut ini saya sampaikan cuplikan kisah legendanya. Semoga bermanfaat untuk menambah pengetahuan.

Dong Zi 冬至 (baca: Tung Ce)
atau Tang Ce (dalam dialek Hokkian) berarti Musim Dingin Tiba.

Merujuk pada sistem penanggalan Nong Li (sistim penanggalan pertanian di Tiongkok), tibanya titik Chi / Kulminasi "Dong Zi" ini, masuk dalam kategori hari yg paling dingin / puncaknya Musim Dingin dalam setiap tahunnya.

Itu sebabnya, sejak dulu di Tiongkok sana, setiap tiba hari Dong Zi dibangun ritual kegamaan berupa persembahyangan kepada para leluhur, mempersembahkan wedang ronde sbg penghangat tubuh di saat udara sdg dingin2 nya.

Dong Zi / Tung Ce atau Tang Ce, mempunyai makna yg khusus bagi masyarakat Tionghoa,
sebagainana cerita 'dulu' yg tertuang di dalam kisah hikayat / legenda tentang Dong Zi atau Tang Ce.

Alkisah ada seseorang pemuda yang memiliki keahlian sbg tabib yg sangat berbakat.
Pada suatu hari, ia mencari ramuan obat di hutan, karena suatu kesalahan yg tdk disengaja, ia terkena racun tanaman yg menyebabkan kedua matanya menjadi buta.

Seseorang menemukannya terlantar di hutan, dan mengantarkannya kembali ke rumah.
Ibunya yg sudah tua sangat mengasihi anaknya, hatinya begitu pedih saat mengetahui anak satu2nya itu menjadi buta. Pada suatu malam, saat anaknya lelap tettidur, diam2 ia mencongkel kedua bola matanya, lalu di pindahkan ke kelopak mata anaknya.

Mujizat, setelah anaknya bangun dari tidurnya, matanya bisa melihat kembali, namun kini ibunyalah
yg menjadi buta. Si anak mengetahui bahwa matanya yg saat itu dipakai adalah mata pemberian ibunya.
Ia pun menjadi sangat terharu, ia tak rela ibunya menjadi buta karena dirinya. Ia memaksa ingin mengembalikan mata tsb kpd ibunya, tp ibunya menolak.

Ibunya lalu memberikan petunjuk kpd anaknya itu, klu ingin mengembalikan kedua mata tsb, cukup dengan membuat saja 2 (dua) onde / ronde dari ketan untuk dimasukan ke kelopak matanya yg sdh bolong itu.

Si anakpun mengikuti apa yg diberitahukan ibunya itu. Sebuah keajaiban kembali terjadi, getaran kasih sayang dan cinta kasih yg sangat kuat antara Ibu dan Anak, membuahkan kemujizatan. Ibunya dpt melihat kembali.

Makna dari onde / ronde ini adalah menjadi simbol yg menunjukkan betapa kuatnya keeratan/kelekatan kasih sayang seorang ibu kpd anaknya, yg rela memberikan dua mata yg paling berharga utk anaknya.
Peristiwa mujizat tersebut terjadi pas di saat masuknya kulminasi Dong Zi (saat salju sdg memuncak / puncaknya dingin).

Sejak saat itulah, setiap tiba harian Dong Zi sang pemuda membuat wedang ronde (makanan penghangat di Musim Dingin) untuk dipersembahkan kpd Ibunya. Dibuat dalam 3 (tiga) warna ronde, merah, putih dan hijau dilengkapi dengan 2 (dua) ronde putih ukuran besar. Yg pertama diberikan pada ibunya adalah 2 ronde putih besar tsb, setelah itu barulah bersama-sama menikmati wedang ronde yg lainnya.

Kebiasaan ini kemudian diikuti oleh tetangga si ibu & anak tsb.

Selanjutnya ini meluas menjadi tradisi budaya (ritual kegamaan Tionghoa) yg dilakukan masyarakat Tionghoa secara turun temurun setiap Dong Zi dg mempersembahkan wedang ronde kepada para leluhur. Dikenal dg istilah Persembahyangan Dong Zi (baca: Tung Ce) atau Tang Ce.

Sejalan dengan perkembangan jaman, kebiasaan yg dilakukan setiap tgl 22 Des sebagai ungkapan balas budi anak atas pengorbanan dan cinta kasih Ibunya inilah yg kemudian dicanangkan sbg Hari Ibu / Mother’s Day.

Demikian sedikit masukan tentang kaitan Perayaan Dong Zi dengan Peringatan Hari Ibu, yg jatuh setiap tgl 22 Des.

Semoga bermanfaat...

Wednesday 9 December 2015

Nasi Kebuli


Seperti juga masakan Peranakan Tionghoa, etnokuliner Arab di Indonesia mengenal masakan peranakan Arab antara lain nasi magali, unthuk-unthuk, nasi kebuli, nasi mandi, pukis ampel, kambing guling, lontong bumbu, kurma, tahu campur dan hena (pacar). Pada umumnya menu masakan itu tidak ada di Negara asal etno pendatang ini.

Seperti nasi kebuli yang menjadi primadona berbagai kalangan, nasi yang berbumbu ini memiliki rasa yang khas, dihidangkan bersama dengan lauk yang biasanya sudah satu paket. Katakanlah nasi kebuli kambing, berarti satu paket dengan daging kambing yang digoreng serta berbagai pelengkapnya yakni asinan nanas, sambal goreng hati dan lain-lain.

Sebagaimana dikatakan asa usul masakan nasi ini asli dari Indonesia, tepatnya dari wilayah Betawi yang merupakan suku pencampuran dari berbagai sub-suku yang ada di Indonesia termasuk etnik pendatang Arab, Belanda, India dan Tionghoa.

Namun nasi kebuli menunjukan pengaruh budaya Arab Timur Tengah dan India Muslim, yang nasi ini mirip dengan nasi Biryani. Alkisah, para ulama yang berasal dari Timur Tengah, tepatnya dari Hadramaut Yaman, menyebarkan Islam hingga ke negeri India. Karena salah satu makanan pokok orang india adalah nasi, maka untuk bisa menyesuaikan lidah orang Yaman dengan makanan India itu, dicampurlah nasi dengan bumbu-bumbu khas Timur Tengah dan bumbu-bumbu dari India sendiri, sehingga menghasilkan makanan yang memiliki cita rasa baru tersendiri, yang disebut dengan nasi kebuli. Inilah versi pertama nasi kebuli sebelum sampai ke Indonesia.

Masuknya nasi kebuli di Indonesia karena kepentingan orang Yaman selain untuk menyebarkan agama Islam dan adalah untuk perdagangan rempah-rempah. Disinilah nasi itu dimodifikasi dan diberi variasi sedemikian rupa dengan bumbu-bumbu rempah lokal yang ada, sehingga menghasilkan menu baru yang tidak menghilangkan cita rasa aslinya; seperti nasi kebuli sapi, nasi kebuli ayam, nasi kebuli udang bahkan nasi kebuli bakar.

Olahan aslinya, nasi kebuli ini dimasak dari beras yang dimasukan ke dalam campuran 18 jenis bumbu rempah yang direbus dalam air campuran kaldu kambing, minyak samin dan susu kambing atau kadang juga diganti oleh santan.

Apa saja ke-18 jenis bumbu dari rempah-rempah itu, yakni : Kismis, Minyak Samin, Kayu Manis, Biji Cengkih, Biji Pala, Bunga Pekak, Kapulaga, Serai, Daun Jeruk, Daun Salam, Santan, Bawang Putih, Bawang Merah, Ketumbar, Jintan, Adas Manis, Kunit dan Jahe.

Oleh karena itu nasi kebuli beraroma sangat khas dan rempah-rempah di dalamnya mempunyai khasiat bagi kesehatan. Nutrisinya lumayan lengkap, mulai dari protein hingga vitamin ada.

Dalam kebudayaan Betawi, nasi kebuli biasanya disajikan dalam perayaan keagamaan Islam, seperti lebaran, kurban, atau maulid. Nasi kebuli juga populer di kawasan kota yang banyak terdapat warga keturunan Arab, seperti Surabaya dan Gresik.

Tuesday 8 December 2015

Questions that tantalize

Salah satu Duta Besar Indonesia di negara Eropa Barat bertanya kepada saya : "Apa ikon makanan Indonesia". Sebagai contoh kata sang Duta Besar, bagi banyak orang di seluruh dunia, makanan Cucina Italiana yang umum dikenal adalah pizza, spaghetti, ravioli, lasagna, parmigiano-reggiano, dan minestrone.

Saya jawab : "Tidak ada", karena makanan yang ada di negeri ini terbentuk sebelum negara Indonesia menjadi sebuah Republik. Makanan yang ada di negeri kita ini merupakan warisan dari 1,340 suku & sub-suku yang ada di seluruh kepulauan Nusantara serta percampuran resepi dari etnik pendatang (Arab, Belanda, India, Jepang, Portugis & Tionghoa). Masakan kepulauan Nusantara itu prosesnya terbentuk dan berkembang ke dalam tiga jenis yakni : tradisional - akulturasi & mimikri.

Masing-masing makanan "tradisional - akulturasi & mimikri" itu berdiri sendiri dengan tiap identitas kesukuannya (yang bukan mengatas namakan Indonesia). Tidak ada yang mengatakan sebagai masakan dan makanan Indonesia seperti masyarakat dunia mengatakan pizza dan spaghetti sebagai Cucina Italiana (masakan Italia). 

Seperti gudeg atau rawon selalunya dikatakan sebagai masakan Jawa; sebagaimana juga rendang dikatakan sebagai masakan khas Padang. Contoh mimikri seperti gado-gado (makanan Jawa) dari salad Belanda yang bernama huzarensla atau  serabi (makanan Jawa) dari kue Belanda yang bernama pannekoek.

Pertanyaan berikutnya dari sang Duta Besar : "Jadi apa yang merupakan masakan Indonesia dalam kaca-mata gastronomi"

Saya katakan : "Makanan asing yang telah disesuaikan / modifikasi dengan selera Indonesia" akibat dari Localized Global Cuisine. Contoh fast food yang dihidangkan dengan nasi dan chili sauce atau dengan topping rendang daging sapi, dan lain sebagainya.

Pertanyaan terakhir sang Duta Besar : "Apa makanan-makanan yang terbentuk sebelum berdirinya negara Indonesia masih bisa dikatakan sebagai gastronomi Indonesia ?"

Saya katakan : "Kalo mau jujur saya lebih cenderung mengatakan sebagai gastronomi kepulauan Nusantara Indonesia"

Salam Gastronomi & Tabek

Tuesday 1 December 2015

Apa itu Gastronomi ??


Tadi pagi ada yang bertanya kepada saya apa itu sebenarnya gastronomi ?

Secara sederhana dapat saya katakan bahwa gastronomi adalah kalangan masyarakat culinary connoisseur (pecinta, penikmat dan pemerhati makanan) yang melakukan 3 hal yakni :
1. Mencicipi makanan.
2. Mengkaji makanan dari sisi sejarah, budaya & lanskap lingkungan.
3. Menilai makanan dari sisi metoda memasaknya  (bukan mengetahui mengenai teknik memasaknya).

Jadi pada intinya Gastronomi adalah "tukang icip-icip" PLUS kegiatan butir 2 & 3 di atas. 

Sehingga kalau dianalogikan bagi gastronomi ".. makanan punya kisah .." (.. food has its tale .. cibus habet fabula ..) .. baik itu mengenai falsafah, filosofis, sejarah maupun perilaku budaya yang menjadi simbol, ritual, adat, dan kearifan lokal masyarakat setempat serta pembentuk karakter, jati diri serta ciri identitas suatu bangsa ..

Gastronomi beda dengan kuliner karena kuliner tidak memiliki butir 2 & 3 di atas. Kuliner hanya sebatas teknik memasak dan mencicipi makanan saja.

Seorang gastronom tidak harus bisa memasak atau pandai memasak, namun yang penting yang bersangkutan adalah seorang culinary connoisseur (pecinta, penikmat dan pemerhati makanan).

Itulah bahasa sederhana dari gastronomi. Namun yang pasti gastronomi tidak bicara mengenai sembarangan makanan. Pada umumnya gastronomi bicara mengenai makanan gourmet dan nouvelle cuisine, tetapi di Indonesia belum bisa diterapkan kedua cuisine ini karena tidak semua orang mampu menyantap makanan gourmet dan nouvelle cuisine yang cukup mahal itu harganya. Jadi gastronomi di Indonesia harus lebih banyak bicara mengenai "traditional classic cuisine". 

Tabek

Indra Ketaren